SEJARAH
MUSIK ROCK
Musik rock adalah
genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun
50an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun 40 dan
50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik rock juga mengambil
gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan
musik klasik.
Bunyi khas
dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan
penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass
dan drum, dan kibor seperti organ, piano atau sejak 70-an, synthesizer.
Disamping gitar atau kibor, saksofon dan harmonika bergaya blues kadang
digunakan sebagai instrumen musik solo. Dalam bentuk murninya, musik rock
"mempunyai tiga chords, bakcbeat yang konsisten dan mencolok dan melody
yang menarik".
Pada akhir
tahun 60-an dan awal 70-an, musk rock berkembang menjadi beberapa jenis. Yang
bercampur dengan musik folk (musik daerah di amerika) menjadi folk rock, dengan
blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi jazz-rock fusion. Pada tahun
70an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik latin. Juga di
tahun 70an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub-kategori) seperti
soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock.
Sub kategori rock yang mencuat ditahun 80an termasuk New Wave, hardcore punk
dan alternative rock. Pada tahun 90an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan
nu metal.
Sebuah
kelompuk pemusik yang mengkhususkan diri memainkan musik rock dijuluki rock band
atau rock group (grup musik rock). Rock group banyak yang terdiri dari pemain
gitar, penyanyi utama (lead singer), pemain gitar bass, dan drummer (pemain
drum), membentuk sebuah quartet. Beberapa group menanggalkan satu atau dua
posisi di atas dan/atau menggunakan pennyanyi utama sebagai pemain alat musik
disamping menyanyi, membentuk duo atau trio. Group lainnya memiliki pemusik
tambahan seperti dua rhythm gitar dan atau seorang keyboardist (pemain kibor).
Agak lebih jarang, penggunaan alat musik bersenar seperti biola, cello atau
alat tiup seperti saksofon, trompet atau trombon.
Evolusi
Musik Rock
Tahun 1950-an
- awal 1960
Rock and roll
Classic rock
Progressive
rock
Tahun 1970
Psychedelic
rock
Hard rock
Punk Rock
Heavy metal
Hardcore punk
Tahun 1980
Alternative
rock
Glam metal
Speed metal
Avant-garde
metal
Extreme
metal/Underground metal:
Thrash metal
Death metal
Black metal
Grindcore
Gothic metal
Doom metal
Industrial
metal
Tahun 1990
Grunge
Britpop
Indie rock
Ragam hibrid:
Rap rock
Pop punk
Post-grunge
Nu metal
Tahun 2000
Emo
PERKEMBANGAN
MUSIK ROCK DI INDONESIA
Musik rock di
Indonesia mulai menjejak pada tahun 1970-an. Dan kemunculannya pun tidak bisa
dilepaskan dari para pionir mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan,
Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek.
Tapi sebelum
tahun 1970-an, sebenarnya sudah ada sebuah band bernama The Rollies,
yakni grup bandberaliran jazz rock yang dibentuk di Bandung
dan menjadi kebanggaan Kota Kembang pada tahun 1967, bahkan sempat populer
hingga awal 1980-an. Para personelnya terdiri dari Bangun Sugito (vokal), Uce
F. Tekol (bas), Jimmy Manoppo (drum), Benny Likumahuwa (trombon), Delly Joko
Arifin (keyboards/vokal), Bonny Nurdaya (gitar), dan Teungku Zulian Iskandar
(saksofon).
The Rollies adalah kelompok rock tertua Indonesia dan termasuk grup
yang paling sering mengalami bongkar pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup
yang telah merintis ke dunia rekaman pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup
papan atas yang disegani penonton Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak
yang menganggap The Rollies sebagai peletak dasar band rockIndonesia
yang telah memberikan kontribusi bagi musik Indonesia masa kini.
Giant
Step Nama Giant Step memang tidak sefenomenal dan melegenda seperti
halnya The Rollies atau God Bless. Meski demikian, grup era 1970-an asal Kota
Bandung ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya band rock Indonesia
pada masa itu yang paling tidak suka membawakan lagu-lagu orang lain atau grup
lain.
Dengan kata
lain, Giant Step merupakan band rock yang berani "melawan
arus" pada masa itu. Ketika band-band rock pribumi lain
gemar membawakan lagu-lagu karya The Beatles, Rolling Stones, Led Zeppelin,
Deep Purple, Black Sabbath, atau Grand Funk Railroad, Giant Step justru lebih
bangga membawakan lagu-lagu karya mereka sendiri.
Mereka juga
termasuk band rock yang lumayan produktif. Setidaknya ada tujuh
album yang dihasilkan dalam kurun waktu 1975-1985. Tentu bukan hanya itu, Giant
Step pun termasuk dari sedikit band rock pribumi yang berkiblat
pada jenis musik progresif yang pada masa itu lebih sering disebut
sebagai art rock, seperti yang diusung grup-grup Inggris macam King
Crimson, Jethro Tull, Pink Floyd, Gentle Giant, Yes, Genesis, dan ELP (Emerson,
Lake, and Palmer). Benny Soebardja dan Albert Warnerin adalah dua orang yang
membidani kelahiran Giant Step pada awal 1970-an di Bandung, kota yang
sering dijuluki sebagai gudangnya para seniman musik yang kreatif.
God Bless Setelah
The Rollies dan Giant Step, God Bless gantian menyandang predikat sebagai
grup band rock papan atas di Indonesia pada masa itu. Bahkan
bisa dibilang, God Bless adalah raja panggungnya musik Indonesia. God Bless
mendeklarasikan diri sebagai grup band rock pada 5 Mei 1973,
dengan formasi awal Achmad Albar (vokal), Fuad Hassan (drum), Ludwig Lemans
(gitar), Donny Fattah (bas), dan Jockie Soeryoprayogo (keyboards).
Di antara
beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step
dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis,
namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”,
yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Di antara
beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step
dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis,
namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”,
yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Di antara
beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step
dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis,
namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”,
yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Selain tidak
memiliki gaya bermusik yang solid, keanggotaan God Bless juga bisa dibilang
kurang solid. Sebab, dalam perjalanannya grup ini terhitung sangat sering
gonta-ganti personel. Dari grup ini, nama Ian Antono mulai menarik perhatian
dan menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rockIndonesia.
Grup-Grup Lain Sebenarnya cukup banyak grup band rock Indonesia
yang eksis di tahun 1970-an. Tapi, lagu-lagu yang dimainkan di era itu
kebanyakan bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar
negeri, misalnya lagu milik Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath,
Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang
kontraproduktif itu kemudian melahirkan beberapa band Indonesia yang
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas,
Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo),
Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta).
Lalu, sejak
awal tahun 1980-an, musik rock agak sedikit “terlupakan” lantaranbooming-nya
musik thrash metal di kalangan anak-anak muda, bahkan di seluruh
dunia. Sejak saat itu, mulailah bermunculan warna-warna baru dalam musik rock dengan sound yang
lebih garang, speed menonjol, lengkingan vokal yang tinggi, dan distorsi gitar
yang lebih tebal, seiring dengan majunya perangkat efek gitar dan
teknologi sound system-nya.
Pada Era
1980-an hingga 1990-an akhirnya muncul mazhab-mazhab musikheavy metal, hard
rock, dan speed metal. Penampilan-penampilan musisi pada era ini tergolong
"gila". Bahkan para fans-nya juga membuat geng-geng guna
mendukung grup band-nya masing-masing, dan ini menjadi cikal bakal
seringnya tawuran di saat live music. Pada era ini pula mulai ada fans yang
melakukan head banger alias mengibaskan rambut yang gondrong atau
menggoyang-goyang kepala sambil mengikuti beat lagu, disertai salam
metal tiga jari (yang kemudian salam ini dipakai oleh salah satu partai di
Indonesia).
Meski band-band rock di tahun 1980-an sedikit terlindas oleh
roda musik heavy metal, tidak demikian halnya dengan musisi rock solo.
Sebab, pada tahun 1985, muncul nama Nicky Astria dengan albumnya, “Jarum
Neraka”, yang digarap bersama Ian Antono. Album itu ternyata laris di pasaran
hingga terjual di atas 250 ribu kaset. Album “Jarum Neraka” itu disebut-sebut
sebagai albumrock Indonesia pertama yang mampu menyaingi album lagu pop
dalam mendobrak angka penjualannya. BASF Awards menganugerahi album ini sebagai
album rock terlaris di tahun yang sama.
Roxx, Sebuah
Kegairahan Baru Pada tahun 1980-an juga di Indonesia muncul sebuah
kegairahan baru dalam musik rock. Sebuah grup band bernama Roxx
dianggap sebagai iconkegairahan baru tadi. Roxx adalah grup cadas era
80-an yang pernah menjadi fenomen pada masanya. Mereka pun dianggap sebagai
grup yang paling beruntung karena dengan mudah bisa melakukan rekaman
untuk singlepertama mereka, “Rock Bergema”. Kemudahan itu bisa mereka
raih setelah menjadi salah satu finalis “Festival Rock Se-Indonesia ke-V”. Bagi
Roxx, mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk pada
saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka
sudah bahagia.
Saat itu,
stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock atau metaladalah Radio
Bahama, Radio Metro Jaya, dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut
mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Sebab, mereka punya
program bernama “Rock N’ Rhythm” yang mengudara setiap Rabu malam dari pukul
19.00 – 21.00 WIB.
Pada era
1980-an pula para pencinta musikrock mencicipi masa-masa kejayaan di
seluruh Indonesia. Tetapi kejayaan itu tidak bertahan lama lantaran para fans masing-masing band yang
memiliki geng-geng-nya sendiri-sendiri mulai bersikap anarkis dan mau menang
sendiri. Mereka ingin diakui sebagai geng yang terkuat, terbesar, dan
anggotanya terbanyak. Sejak saat itu mulailah setiap pentas musik rock diwarnai
dengan tawuran, kekacauan, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
Musik
Independen
Memasuki era
1990-an, muncul gerakan baru dalam industri musik Indonesia yang independen.
Gerakan ini muncul karena begitu banyaknya artis dan grup yang tak berhasil
menembus perusahaan rekaman besar atau major label. Gerakan independen ini
muncul juga karena para pemusik tak rela kreativitasnya diutak-atik dan didikte
oleh perusahaan-perusahaan rekaman yang besar.
Gerakan
independen ini digagas oleh kelompok rock asal Bandung, PAS Band,
yang bergerilya memasarkan album mereka sendiri. Ternyata, usaha PAS Band
berbuah sukses. Gerakan independen ini pun tak hanya berhenti di situ,
malah terus merambah ke mana-mana. Beberapa grup musik independen ini malah
melakukan terobosan pasar secara internasional, seperti yang telah dilakukan
oleh kelompok Tengkorak, Discus, dan Mocca.
Begitu riuh dan dinamis adegan musik Indonesia saat ini. Semakin yakinlah kita
bahwa musik Indonesia masih tetap bernapas, masih tetap menggeliat walaupun
didera pelbagai kendala.
SEJARAH
MUSIK ROCK
Musik rock adalah
genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun
50an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun 40 dan
50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik rock juga mengambil
gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan
musik klasik.
Bunyi khas
dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan
penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass
dan drum, dan kibor seperti organ, piano atau sejak 70-an, synthesizer.
Disamping gitar atau kibor, saksofon dan harmonika bergaya blues kadang
digunakan sebagai instrumen musik solo. Dalam bentuk murninya, musik rock
"mempunyai tiga chords, bakcbeat yang konsisten dan mencolok dan melody
yang menarik".
Pada akhir
tahun 60-an dan awal 70-an, musk rock berkembang menjadi beberapa jenis. Yang
bercampur dengan musik folk (musik daerah di amerika) menjadi folk rock, dengan
blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi jazz-rock fusion. Pada tahun
70an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik latin. Juga di
tahun 70an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub-kategori) seperti
soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock.
Sub kategori rock yang mencuat ditahun 80an termasuk New Wave, hardcore punk
dan alternative rock. Pada tahun 90an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan
nu metal.
Sebuah
kelompuk pemusik yang mengkhususkan diri memainkan musik rock dijuluki rock band
atau rock group (grup musik rock). Rock group banyak yang terdiri dari pemain
gitar, penyanyi utama (lead singer), pemain gitar bass, dan drummer (pemain
drum), membentuk sebuah quartet. Beberapa group menanggalkan satu atau dua
posisi di atas dan/atau menggunakan pennyanyi utama sebagai pemain alat musik
disamping menyanyi, membentuk duo atau trio. Group lainnya memiliki pemusik
tambahan seperti dua rhythm gitar dan atau seorang keyboardist (pemain kibor).
Agak lebih jarang, penggunaan alat musik bersenar seperti biola, cello atau
alat tiup seperti saksofon, trompet atau trombon.
Evolusi
Musik Rock
Tahun 1950-an
- awal 1960
Rock and roll
Classic rock
Progressive
rock
Tahun 1970
Psychedelic
rock
Hard rock
Punk Rock
Heavy metal
Hardcore punk
Tahun 1980
Alternative
rock
Glam metal
Speed metal
Avant-garde
metal
Extreme
metal/Underground metal:
Thrash metal
Death metal
Black metal
Grindcore
Gothic metal
Doom metal
Industrial
metal
Tahun 1990
Grunge
Britpop
Indie rock
Ragam hibrid:
Rap rock
Pop punk
Post-grunge
Nu metal
Tahun 2000
Emo
PERKEMBANGAN
MUSIK ROCK DI INDONESIA
Musik rock di
Indonesia mulai menjejak pada tahun 1970-an. Dan kemunculannya pun tidak bisa
dilepaskan dari para pionir mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan,
Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek.
Tapi sebelum
tahun 1970-an, sebenarnya sudah ada sebuah band bernama The Rollies,
yakni grup bandberaliran jazz rock yang dibentuk di Bandung
dan menjadi kebanggaan Kota Kembang pada tahun 1967, bahkan sempat populer
hingga awal 1980-an. Para personelnya terdiri dari Bangun Sugito (vokal), Uce
F. Tekol (bas), Jimmy Manoppo (drum), Benny Likumahuwa (trombon), Delly Joko
Arifin (keyboards/vokal), Bonny Nurdaya (gitar), dan Teungku Zulian Iskandar
(saksofon).
The Rollies adalah kelompok rock tertua Indonesia dan termasuk grup yang paling sering mengalami bongkar pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup yang telah merintis ke dunia rekaman pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup papan atas yang disegani penonton Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak yang menganggap The Rollies sebagai peletak dasar band rockIndonesia yang telah memberikan kontribusi bagi musik Indonesia masa kini.
The Rollies adalah kelompok rock tertua Indonesia dan termasuk grup yang paling sering mengalami bongkar pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup yang telah merintis ke dunia rekaman pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup papan atas yang disegani penonton Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak yang menganggap The Rollies sebagai peletak dasar band rockIndonesia yang telah memberikan kontribusi bagi musik Indonesia masa kini.
Giant
Step Nama Giant Step memang tidak sefenomenal dan melegenda seperti
halnya The Rollies atau God Bless. Meski demikian, grup era 1970-an asal Kota
Bandung ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya band rock Indonesia
pada masa itu yang paling tidak suka membawakan lagu-lagu orang lain atau grup
lain.
Dengan kata
lain, Giant Step merupakan band rock yang berani "melawan
arus" pada masa itu. Ketika band-band rock pribumi lain
gemar membawakan lagu-lagu karya The Beatles, Rolling Stones, Led Zeppelin,
Deep Purple, Black Sabbath, atau Grand Funk Railroad, Giant Step justru lebih
bangga membawakan lagu-lagu karya mereka sendiri.
Mereka juga
termasuk band rock yang lumayan produktif. Setidaknya ada tujuh
album yang dihasilkan dalam kurun waktu 1975-1985. Tentu bukan hanya itu, Giant
Step pun termasuk dari sedikit band rock pribumi yang berkiblat
pada jenis musik progresif yang pada masa itu lebih sering disebut
sebagai art rock, seperti yang diusung grup-grup Inggris macam King
Crimson, Jethro Tull, Pink Floyd, Gentle Giant, Yes, Genesis, dan ELP (Emerson,
Lake, and Palmer). Benny Soebardja dan Albert Warnerin adalah dua orang yang
membidani kelahiran Giant Step pada awal 1970-an di Bandung, kota yang
sering dijuluki sebagai gudangnya para seniman musik yang kreatif.
God Bless Setelah
The Rollies dan Giant Step, God Bless gantian menyandang predikat sebagai
grup band rock papan atas di Indonesia pada masa itu. Bahkan
bisa dibilang, God Bless adalah raja panggungnya musik Indonesia. God Bless
mendeklarasikan diri sebagai grup band rock pada 5 Mei 1973,
dengan formasi awal Achmad Albar (vokal), Fuad Hassan (drum), Ludwig Lemans
(gitar), Donny Fattah (bas), dan Jockie Soeryoprayogo (keyboards).
Di antara
beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step
dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis,
namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”,
yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Di antara
beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step
dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis,
namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”,
yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Di antara
beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step
dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis,
namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh
dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing,
gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut
tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”,
yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Selain tidak
memiliki gaya bermusik yang solid, keanggotaan God Bless juga bisa dibilang
kurang solid. Sebab, dalam perjalanannya grup ini terhitung sangat sering
gonta-ganti personel. Dari grup ini, nama Ian Antono mulai menarik perhatian
dan menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rockIndonesia.
Grup-Grup Lain Sebenarnya cukup banyak grup band rock Indonesia yang eksis di tahun 1970-an. Tapi, lagu-lagu yang dimainkan di era itu kebanyakan bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri, misalnya lagu milik Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif itu kemudian melahirkan beberapa band Indonesia yang namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta).
Grup-Grup Lain Sebenarnya cukup banyak grup band rock Indonesia yang eksis di tahun 1970-an. Tapi, lagu-lagu yang dimainkan di era itu kebanyakan bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri, misalnya lagu milik Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif itu kemudian melahirkan beberapa band Indonesia yang namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta).
Lalu, sejak
awal tahun 1980-an, musik rock agak sedikit “terlupakan” lantaranbooming-nya
musik thrash metal di kalangan anak-anak muda, bahkan di seluruh
dunia. Sejak saat itu, mulailah bermunculan warna-warna baru dalam musik rock dengan sound yang
lebih garang, speed menonjol, lengkingan vokal yang tinggi, dan distorsi gitar
yang lebih tebal, seiring dengan majunya perangkat efek gitar dan
teknologi sound system-nya.
Pada Era
1980-an hingga 1990-an akhirnya muncul mazhab-mazhab musikheavy metal, hard
rock, dan speed metal. Penampilan-penampilan musisi pada era ini tergolong
"gila". Bahkan para fans-nya juga membuat geng-geng guna
mendukung grup band-nya masing-masing, dan ini menjadi cikal bakal
seringnya tawuran di saat live music. Pada era ini pula mulai ada fans yang
melakukan head banger alias mengibaskan rambut yang gondrong atau
menggoyang-goyang kepala sambil mengikuti beat lagu, disertai salam
metal tiga jari (yang kemudian salam ini dipakai oleh salah satu partai di
Indonesia).
Meski band-band rock di tahun 1980-an sedikit terlindas oleh roda musik heavy metal, tidak demikian halnya dengan musisi rock solo. Sebab, pada tahun 1985, muncul nama Nicky Astria dengan albumnya, “Jarum Neraka”, yang digarap bersama Ian Antono. Album itu ternyata laris di pasaran hingga terjual di atas 250 ribu kaset. Album “Jarum Neraka” itu disebut-sebut sebagai albumrock Indonesia pertama yang mampu menyaingi album lagu pop dalam mendobrak angka penjualannya. BASF Awards menganugerahi album ini sebagai album rock terlaris di tahun yang sama.
Meski band-band rock di tahun 1980-an sedikit terlindas oleh roda musik heavy metal, tidak demikian halnya dengan musisi rock solo. Sebab, pada tahun 1985, muncul nama Nicky Astria dengan albumnya, “Jarum Neraka”, yang digarap bersama Ian Antono. Album itu ternyata laris di pasaran hingga terjual di atas 250 ribu kaset. Album “Jarum Neraka” itu disebut-sebut sebagai albumrock Indonesia pertama yang mampu menyaingi album lagu pop dalam mendobrak angka penjualannya. BASF Awards menganugerahi album ini sebagai album rock terlaris di tahun yang sama.
Roxx, Sebuah
Kegairahan Baru Pada tahun 1980-an juga di Indonesia muncul sebuah
kegairahan baru dalam musik rock. Sebuah grup band bernama Roxx
dianggap sebagai iconkegairahan baru tadi. Roxx adalah grup cadas era
80-an yang pernah menjadi fenomen pada masanya. Mereka pun dianggap sebagai
grup yang paling beruntung karena dengan mudah bisa melakukan rekaman
untuk singlepertama mereka, “Rock Bergema”. Kemudahan itu bisa mereka
raih setelah menjadi salah satu finalis “Festival Rock Se-Indonesia ke-V”. Bagi
Roxx, mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk pada
saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka
sudah bahagia.
Saat itu,
stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock atau metaladalah Radio
Bahama, Radio Metro Jaya, dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut
mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Sebab, mereka punya
program bernama “Rock N’ Rhythm” yang mengudara setiap Rabu malam dari pukul
19.00 – 21.00 WIB.
Pada era
1980-an pula para pencinta musikrock mencicipi masa-masa kejayaan di
seluruh Indonesia. Tetapi kejayaan itu tidak bertahan lama lantaran para fans masing-masing band yang
memiliki geng-geng-nya sendiri-sendiri mulai bersikap anarkis dan mau menang
sendiri. Mereka ingin diakui sebagai geng yang terkuat, terbesar, dan
anggotanya terbanyak. Sejak saat itu mulailah setiap pentas musik rock diwarnai
dengan tawuran, kekacauan, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
Musik
Independen
Memasuki era
1990-an, muncul gerakan baru dalam industri musik Indonesia yang independen.
Gerakan ini muncul karena begitu banyaknya artis dan grup yang tak berhasil
menembus perusahaan rekaman besar atau major label. Gerakan independen ini
muncul juga karena para pemusik tak rela kreativitasnya diutak-atik dan didikte
oleh perusahaan-perusahaan rekaman yang besar.
Gerakan
independen ini digagas oleh kelompok rock asal Bandung, PAS Band,
yang bergerilya memasarkan album mereka sendiri. Ternyata, usaha PAS Band
berbuah sukses. Gerakan independen ini pun tak hanya berhenti di situ,
malah terus merambah ke mana-mana. Beberapa grup musik independen ini malah
melakukan terobosan pasar secara internasional, seperti yang telah dilakukan
oleh kelompok Tengkorak, Discus, dan Mocca.
Begitu riuh dan dinamis adegan musik Indonesia saat ini. Semakin yakinlah kita bahwa musik Indonesia masih tetap bernapas, masih tetap menggeliat walaupun didera pelbagai kendala.
No comments:
Post a Comment